AB881. Tweet Lukisan Melinda Jongkok Nobel Peace Lalu Bom Di Mal Alam Sutera

 
 

Rahma Sarita: assalamualaikum wr wb

HAL: Tweet Lukisan Melinda Jongkok Nobel Peace
Lalu Bom Di Mal Alam Sutera

 
 

 
 
Pagi hari 28 Oktober 2015 sekitar jam 8.37 aku memuat tweet ke Bill Gates soal lukisan Melinda Gates jongkok, yang masih berupa sketsa namun seperti telah menginspirasi Nobel Peace Prize tiga tahun berturut-turut, tahun 2013, 2014, dan 2015. Beberapa jam kemudian bom meledak di Mal Alam Sutera, pada siang hari sekitar jam 12.30 tanggal 28 Oktober 2015.
 
 
mallalamsutera.com
 
seputarjakarta.net
 
Pengunjung mall panik ketika petugas kepolisian menyisir tempat kejadian perkara ledakan bom di mall Alam Sutera, Tangerang, Banten, 28 Oktober 2015.      TEMPO / Marifka Wahyu Hidayat – Rabu, 28 Oktober 2015 | 23:44 WIB
 
 
Gegana bawa benda dari dalam kantin karyawan di Mal Alam Sutera, Rabu (28/10/2015).     kompas / Andri Donnal Putera – Rabu, 28 Oktober 2015 | 23:03 WIB
 
Tim Densus 88 Polri dan Polda Metro Jaya telah mengamankan seorang pria yang diduga pelaku teror bom di Mal Alam Sutera Kota Tangerang. Pelaku adalah seorang ahli IT. Sebuah bom meledak di toilet di Mal Alam sutera siang tadi. Ledakan ini merupakan yang kedua kalinya.     detik.com / Mei Amelia R – Rabu 28 Oct 2015, 21:04 WIB
 
 
 
 
 
 
liputan6
tvone
 
Mariyono (63), ketua RT di tempat tinggal Leopard Wisnu Komala (27), memastikan bahwa warga masih mau menerima kehadiran Leopard jika dinyatakan tidak bersalah atau ketika sudah menjalani masa hukuman. Leopard adalah pelaku bom Mall Alam Sutera tinggal di Perumahan Banten Indah Permai, Kelurahan Unyur, Kecamatan Serang, Provinsi Banten. Meski tinggal di Serang, Leopard mengaku kepada warga sekitar bahwa dia bekerja di Jakarta. “Kalau Leo kembali ke sini, kita terima dengan baik,” kata Mariyono kepada Kompas.com, Kamis (29/10/2015) sore. Selama tinggal sekitar dua tahun, Leo dinilai telah berperilaku baik dan ramah terhadap warga sekitar. Baik Mariyono maupun warga lain pun sebenarnya tidak tahu apa masalah yang sedang dihadapi oleh Leopard hingga melibatkan Densus 88 Antiteror dan Gegana.
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/10/29/22020081/
Jika.Tidak.Bersalah.Warga.Siap.Terima.Pelaku.Bom.Mall.Alam.Sutera
 
Beberapa hari sebelum menangkap Leopard Wisnu Komala (27), polisi sudah mendatangi daerah tempat tinggal Leopard dan berkoordinasi dengan ketua RT setempat. Leopard adalah pelaku bom Mall Alam Sutera yang sudah beraksi sebanyak empat kali dengan menaruh bom di tempat yang berbeda. “Hari Selasa (27/10/2015), saya kedatangan mobil Innova. Ada lima anggota, katanya dari Mabes Polri. Pimpinannya minta izin mau ada pengintaian. Awalnya ditanya, ada orang yang namanya Leo enggak. Dikasih lihat fotonya,” kata Ketua RT 08 RW 19 Mariyono (63) kepada Kompas.com, Kamis (29/10/2015) sore. Mariyono mempersilakan mereka mengintai Leopard. Mariyono pun tidak menutupi jika memang benar ada warganya yang sesuai dengan yang polisi cari. Setelah itu, polisi pun mengintai hingga esok harinya, Rabu (28/10/2015).
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/10/29/18242351/
Di.Balik.Penangkapan.dan.Penggeledahan.Rumah.Teroris.
Mall.Alam.Sutera
 
Perlengkapan yang dipergunakan untuk bom oleh Leopard Wisnu Kumala, bom dimasukkan dalam bungkus rokok.    foto: merdeka.com
 
Pada rekaman CCTV tanggal 6 Juli 2015 Mal Alam Sutera, yang diputar dalam konperensi pers Polda Metro Jaya 29 Oktober 2015 siang, tampak setelah masuk ke supermarket lalu Leopard Wisnu Komala jongkok di dekat rak. Kemudian diketahui itu adalah rak yang berisi kaleng-kaleng obat nyamuk semprot aerosol, antara lain Baygon, dimana ditemukan sebuah bom kecil dalam bungkus rokok oleh polisi.
Sebelum bom kecil dalam bungkus rokok itu sempat ditaruh disela-sela kaleng obat nyamuk semprot, muncul seorang perempuan dan Leopard Wisnu Kumala segera bangkit dari jongkok.
 
Setelah beberapa saat memperhatikan barang-barang di rak sebelah kiri dia dari arah dia datang, perempuan itu lalu melewati Leopard dan berhenti saat sudah hampir di ujung seperti terlihat pada foto diatas. Dia mengambil sebuah barang dengan tangan kanan, memperhatikan barang itu, lalu ditaruh lagi di rak dan sempat menoleh ke arah kamera CCTV.
 
Perempuan itu mulai jongkok, sedangkan Leopard pergi meninggalkan ruangan. Posisi jongkok perempuan itu seperti Melinda Gates pada lukisanku, lutut kanan hampir menyentuh lantai sedangkan lutut kiri lebih tinggi.
 
Cukup lama perempuan itu berada pada posisi jongkok seperti itu, antara lain sambil mengambil sebuah produk dari rak, ditimang di depan muka dia dengan tangan kanan, ditaruh ke pangkuan sambil melihat ke produk lain di rak, lalu kembali produk itu dipegang di depan muka dia, dan dikembalikan ke rak, diikuti dengan mengambil produk lain. Setelah itu video berpindah ke momen lain, saat Leopard sudah kembali lagi ke situ dan suasana tidak ada orang lain, lalu Leopard berjongkok dan meletakkan bom yang berada dalam sebuah bungkusan rokok, ditaruh di sela-sela kaleng-kaleng obat nyamuk semprot.
 
 
Lukisan yang masih sketsa dan ada Melinda Gates jongkok itu antara lain pernah aku muat pada suratku tanggal 7 Oktober 2014 “Doubletree Hilton Dan Lowongan Sal As Man Age Rahma“. Sehingga posisi jongkok Leopard Wisnu Kumala dan seorang perempuan yang terekam di CCTV 6 Juli 2015 itu, entah sekedar kebetulan, atau peringatan untuk aku bahwa kalau aku menjual lukisan-lukisanku dengan harga baik ke Bill Gates atau siapa, akan sama saja bunuh diri seperti Baygon yang kemudian dipasangi bom itu oleh Leopard. Sebab obat nyamuk semprot Baygon memang identik dengan orang bunuh diri di Indonesia.
 
 
Ide untuk membuat lukisan Melinda Gates jongkok sudah muncul pada awal tahun 2012, dengan menggabungkan beberapa foto seperti aku muat di surat tertanggal 5 Februari 2012 “Lukisan Jongkok Bersama Rahma Melinda Dr Asm Amjad Hossain”. Namun karena mood untuk memulai lukisan itu belum muncul, jadi tertunda dulu.
 
Kemunculan ide untuk membuat lukisan Melinda Gates jongkok terinspirasi dari pose Melinda Gates jongkok pada foto di New York Times tanggal 11 Januari 2012 sesudah aku jongkok saat kamu datang di kantor kamu pada 9 Januari 2012. Desain lukisan itu aku selesaikan pada sekitar 5 Februari 2012, seperti yang aku muat di “Lukisan Jongkok Bersama Rahma Melinda Dr. Asm Amjad Hossain“.
Namun karena mood untuk memulai lukisan itu belum muncul, maka desain yang sudah rampung pada 5 Februari 2012 itu tidak langsung aku kerjakan menjadi lukisan. Mood untuk memulai skets lukisan Melinda jongkok itu baru muncul lebih dari satu tahun kemudian pada awal Oktober 2013, akan tetapi saat itu kamu sedang menghilang dari JakTV sejak akhir Juli 2013. Sehingga saat skets lukisan itu mulai dibuat pada 5 Oktober 2013, meskipun pada konsep awal lukisan itu memuat wajah kamu, namun lalu aku ganti dengan wajah Bianca Liza yang sepintas mirip kamu. Sebab aku khawatir kalau kamu menghilang dari penampilan di depan publik itu adalah karena sudah menikah lagi dengan suami baru, dan suami baru kamu melarang kamu tampil di depan publik termasuk dalam lukisan.
 
 
Setelah pada 5 Oktober 2013 aku memulai skets lukisan Melinda Gates jongkok, yang semula pada tahap desain aku akan memakai wajah kamu tapi karena sejak Juli 2013 kamu tidak muncul di JakTV maka aku ganti dengan memakai wajah Bianca Liza, lalu pada 11 Oktober 2013 muncul berita Nobel Peace Prize 2013 diberikan kepada OPCW, organisasi pencegahan penggunaan senjata kimia. OPCW itu jadi seperti berarti “op,…. cewe”. Dalam bahasa sehari-hari, kata “stop” biasa disingkat jadi “op”, misalkan dalam kalimat “op,…..op,……. udah cukup segitu aja, tadi udah makan koq”, ketika sedang diberikan nasi ke dalam piring oleh seseorang. Sehingga OPCW itu seperti terkait soal aku menghentikan memakai wajah kamu di lukisanku, untuk diganti dengan Bianca Liza pada awal Oktober 2013 itu. Dengan kata lain Nobel Peace Prize 2013 seperti terinspirasi oleh sketsa lukisan Melinda Gates jongkok.
 
The Nobel Peace Prize for 2013

The Norwegian Nobel Committee has decided that the Nobel Peace Prize for 2013 is to be awarded to the Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) for its extensive efforts to eliminate chemical weapons.

During World War One, chemical weapons were used to a considerable degree. The Geneva Convention of 1925 prohibited the use, but not the production or storage, of chemical weapons. During World War Two, chemical means were employed in Hitler’s mass exterminations. Chemical weapons have subsequently been put to use on numerous occasions by both states and terrorists. In 1992-93 a convention was drawn up prohibiting also the production and storage of such weapons. It came into force in 1997. Since then the OPCW has, through inspections, destruction and by other means, sought the implementation of the convention. 189 states have acceded to the convention to date.

The conventions and the work of the OPCW have defined the use of chemical weapons as a taboo under international law. Recent events in Syria, where chemical weapons have again been put to use, have underlined the need to enhance the efforts to do away with such weapons. Some states are still not members of the OPCW. Certain states have not observed the deadline, which was April 2012, for destroying their chemical weapons. This applies especially to the USA and Russia.

Disarmament figures prominently in Alfred Nobel’s will. The Norwegian Nobel Committee has through numerous prizes underlined the need to do away with nuclear weapons. By means of the present award to the OPCW, the Committee is seeking to contribute to the elimination of chemical weapons.

Oslo, 11 October 2013

 
 
 
 
Malala Yousafzai Bianca Liza  dalam acara Eat Bulaga di SCTV pada tanggal 16 September 2013. Soal Bianca Liza aku munculkan pertama kali kepada kamu adalah pada surat “Bill Gates Soal Celana Boxer” tanggal 23 Agustus 2013.
 
Pada saat Nobel Peace Prize 2013 diperoleh OPCW itu, nama Malala Yousafzai sudah muncul dalam nominasi. Dan satu tahun kemudian Malala Yousafzai memperoleh Nobel Peace 2014, sekaligus menjadi orang termuda yang mendapatkan Nobel Peace yaitu dalam usia 17 tahun. Wajah Malala Yousafzai yang sepintas mirip Bianca Liza itu menyebabkan Nobel Peace 2014 seperti terinspirasi oleh lukisan Melinda Gates jongkok juga.
 
 
 
 
The Nobel Peace Prize for 2014

The Norwegian Nobel Committee has decided that the Nobel Peace Prize for 2014 is to be awarded to Kailash Satyarthi and Malala Yousafzay for their struggle against the suppression of children and young people and for the right of all children to education. Children must go to school and not be financially exploited. In the poor countries of the world, 60% of the present population is under 25 years of age. It is a prerequisite for peaceful global development that the rights of children and young people be respected. In conflict-ridden areas in particular, the violation of children leads to the continuation of violence from generation to generation.

Showing great personal courage, Kailash Satyarthi, maintaining Gandhi’s tradition, has headed various forms of protests and demonstrations, all peaceful, focusing on the grave exploitation of children for financial gain. He has also contributed to the development of important international conventions on children’s rights.

Despite her youth, Malala Yousafzay has already fought for several years for the right of girls to education, and has shown by example that children and young people, too, can contribute to improving their own situations. This she has done under the most dangerous circumstances. Through her heroic struggle she has become a leading spokesperson for girls’ rights to education.

The Nobel Committee regards it as an important point for a Hindu and a Muslim, an Indian and a Pakistani, to join in a common struggle for education and against extremism. Many other individuals and institutions in the international community have also contributed. It has been calculated that there are 168 million child labourers around the world today. In 2000 the figure was 78 million higher. The world has come closer to the goal of eliminating child labour.

The struggle against suppression and for the rights of children and adolescents contributes to the realization of the “fraternity between nations” that Alfred Nobel mentions in his will as one of the criteria for the Nobel Peace Prize.

Oslo, 10 October 2014

 
 
 
 
 
 
Meskipun dua Nobel Peace Prize tersebut diatas seperti terinspirasi oleh lukisan Melinda Gates jongkok, namun aku berusaha untuk tidak terlalu mecocok-cocokkan kedua kejadian itu dengan lukisanku. Apalagi mengingat Malala telah melalui momen yang sedemikian hebat berupa hampir meninggal ditembak Taliban akibat menentang larangan bersekolah bagi perempuan yang diterapkan oleh Taliban pada daerah-daerah yang mereka kuasai.
 
 
 
 
The Nobel Peace Prize for 2015

The Norwegian Nobel Committee has decided that the Nobel Peace Prize for 2015 is to be awarded to the Tunisian National Dialogue Quartet for its decisive contribution to the building of a pluralistic democracy in Tunisia in the wake of the Jasmine Revolution of 2011. The Quartet was formed in the summer of 2013 when the democratization process was in danger of collapsing as a result of political assassinations and widespread social unrest. It established an alternative, peaceful political process at a time when the country was on the brink of civil war. It was thus instrumental in enabling Tunisia, in the space of a few years, to establish a constitutional system of government guaranteeing fundamental rights for the entire population, irrespective of gender, political conviction or religious belief.

The National Dialogue Quartet has comprised four key organizations in Tunisian civil society: the Tunisian General Labour Union (UGTT, Union Générale Tunisienne du Travail), the Tunisian Confederation of Industry, Trade and Handicrafts (UTICA, Union Tunisienne de l’Industrie, du Commerce et de l’Artisanat), the Tunisian Human Rights League (LTDH, La Ligue Tunisienne pour la Défense des Droits de l’Homme), and the Tunisian Order of Lawyers (Ordre National des Avocats de Tunisie). These organizations represent different sectors and values in Tunisian society: working life and welfare, principles of the rule of law and human rights. On this basis, the Quartet exercised its role as a mediator and driving force to advance peaceful democratic development in Tunisia with great moral authority. The Nobel Peace Prize for 2015 is awarded to this Quartet, not to the four individual organizations as such.


The Arab Spring originated in Tunisia in 2010-2011, but quickly spread to a number of countries in North Africa and the Middle East. In many of these countries, the struggle for democracy and fundamental rights has come to a standstill or suffered setbacks. Tunisia, however, has seen a democratic transition based on a vibrant civil society with demands for respect for basic human rights.


An essential factor for the culmination of the revolution in Tunisia in peaceful, democratic elections last autumn was the effort made by the Quartet to support the work of the constituent assembly and to secure approval of the constitutional process among the Tunisian population at large. The Quartet paved the way for a peaceful dialogue between the citizens, the political parties and the authorities and helped to find consensus-based solutions to a wide range of challenges across political and religious divides. The broad-based national dialogue that the Quartet succeeded in establishing countered the spread of violence in Tunisia and its function is therefore comparable to that of the peace congresses to which Alfred Nobel refers in his will.


The course that events have taken in Tunisia since the fall of the authoritarian Ben Ali regime in January 2011 is unique and remarkable for several reasons. Firstly, it shows that Islamist and secular political movements can work together to achieve significant results in the country’s best interests. The example of Tunisia thus underscores the value of dialogue and a sense of national belonging in a region marked by conflict. Secondly, the transition in Tunisia shows that civil society institutions and organizations can play a crucial role in a country’s democratization, and that such a process, even under difficult circumstances, can lead to free elections and the peaceful transfer of power. The National Dialogue Quartet must be given much of the credit for this achievement and for ensuring that the benefits of the Jasmine Revolution have not been lost.

Tunisia faces significant political, economic and security challenges. The Norwegian Nobel Committee hopes that this year’s prize will contribute towards safeguarding democracy in Tunisia and be an inspiration to all those who seek to promote peace and democracy in the Middle East, North Africa and the rest of the world. More than anything, the prize is intended as an encouragement to the Tunisian people, who despite major challenges have laid the groundwork for a national fraternity which the Committee hopes will serve as an example to be followed by other countries.


Oslo, 10 October 2015.

 
 
 
The Nobel Peace Prize has been awarded to Tunisia’s National Dialogue Quartet for helping the country’s transition to democracy.     bbc – 9 October 2015
 
The National Dialogue Quartet in Tunisia has won the Nobel Peace Prize 2015 for its role in shaping the northern African country’s democracy after the Arab Spring revolution. Kaci Kullmann Five, the chairman of the Norwegian Nobel Committee, said the combination of civil society groups deserved the award “for its decisive contribution to the building of a pluralistic democracy in Tunisia in the wake of the Jasmine Revolution of 2011”.The Quartet was formed in the summer of 2013 in a bid to make Tunisia a pluralistic and democratic society as the country was facing a wave of unrest after the murders of secular left wing politicians Mohammed Brahmi and Chokri Belaid. The assassinations were later claimed by the Islamic State (Isis).Kullmann Five said: “[The Quartet] established an alternative peaceful political process at a time when the country was on the brink of civil war. It was thus instrumental in enabling Tunisia in the space of a few years to establish a constitutional system of government guaranteeing fundamental rights for the entire population irrespective of gender political conviction or religious belief.” The Quartet comprised of four civil society organisations: the Tunisian Confederation of Industry, Trade and Handicrafts, the Tunisian Human Rights League, the Tunisian Order of Lawyers, and the Tunisian General Labour Union.      ibtimes.co.uk – October 9, 2015    10:13 BST
 
 
 
Pada 10 Oktober 2015 pihak Komite Nobel mengumumkan bahwa yang mendapatkan Nobel Peace Prize 2015 adalah suatu kuartet dari Tunisia yaitu Tunisian National Dialogue Quartet, terdiri dari empat organisasi di Tunisia. Jadi seperti terkait dengan lukisan Melinda Gates jongkok juga, yang memuat angka 4 di sebelah kanan atas.
Akupun jadi melihat di kamus Meriam Webster untuk mengetahui bahwa arti kata kuartet adalah betul berarti 4. Sebab kadang ada kata berbunyi sama tapi memiliki arti lain, misalkan kata “fabric” dalam bahasa Inggris berarti “kain” untuk bahan pakaian, sedangkan dalam bahasa Belanda berarti “pabrik”. Juga kata “vacancy” dalam bahasa Inggris berarti “lowongan kerja”, sedangkan dalam bahasa Belanda berarti “liburan”. Maka setelah lihat kamus Webster itu aku menjadi yakin bahwa betul arti quartet adalah 4, akupun jadi cukup yakin bahwa lukisan Melinda Gates jongkok memang seperti telah menginspirasi tiga Nobel Peace selama tiga tahun berturut-turut, tahun 2013, 2014, 2015.

 
 

Pagi hari 28 Oktober 2015 sekitar jam 8.37 aku memuat tweet ke Bill Gates soal lukisan Melinda Gates jongkok, yang seperti telah menginspirasi Nobel Peace Prize tiga tahun berturut-turut, tahun 2013, 2014, dan 2015. Beberapa jam kemudian bom meledak di Mal Alam Sutera, pada siang hari sekitar jam 12.30 tanggal 28 Oktober 2015. Setelah pelaku ditangkap, disebutkan motif pelaku adalah soal ekonomi, upaya pemerasan ke manajemen Mal Alam Sutera. Namun tentu tidak salah juga kalau aku berhati-hati.

Menurut keterangan pers pihak Polri pada 29 Oktober 2015, bom yang digunakan adalah jenis TATP, Triaceton Triperoxide. Bom semacam itu menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat di pasaran, dengan cara pembuatan yang dapat dipelajari dari Internet. Tergolong sebagai bom High Explosive, dan dikenal pula dengan sebutan Mother of Satan karena bersifat sensitif dan tidak stabil, mudah meledak akibat gerakan atau panas. Bahan peledak ini, kata kapolda Irjenpol Tito Karnavian seperti dikutip Liputan 6, sudah 2 kali digunakan di kalangan pelaku pengeboman. Kasus pertama terjadi pada 2001 di Miami, Amerika Serikat, pelakunya adalah warga Inggris bernama Richard Weid. Peristiwa kedua terjadi pada 7 Juli 2005 di London, Inggris yang menewaskan 53 orang dan 700 lainnya terluka. Peledakan tidak memerlukan detonator, cuma semacam lampu yang dipecahkan saja, karena sifat bom itu cenderung sensitif dan tidak stabil sehingga cuma karena panas, atau gesekan, atau getaran, sudah dapat meledak. Meskipun merupakan bom yang tergolong High Explosive, namun karena dipasang dalam jumlah sedikit jadi tidak menimbulkan efek merusak yang besar, cuma satu orang yang mengalami luka di kaki saat di toilet pada ledakan 28 Oktober 2015. Dalam ledakan sebelum itu pada awal Juli 2015 di Mal Alam Sutera juga, beberapa perlengkapan di dalam toilet rusak.

Sekitar dua jam sesudah ledakan pada 28 Oktober 2015 jam 12.30 siang itu, polisi berhasil menangkap pelaku di rumah dia di komplek Banten Indah Permai. Seorang pemuda bernama Leopard Wisnu Kumala, usia 27 tahun, bekerja sebagai staff IT senior di sebuah perusahaan yang berlokasi di dekat Mal Alam Sutera. Kepada polisi dia menyebutkan, kejadian bom lain di Mal Alam Sutera sebelum kemarin itu juga dia yang memasang. Pertama dia memasang pada 6 Juli 2015 di rak di dalam supermarket di sela-sela kaleng obat nyamuk Baygon, tapi tidak meledak. Lalu 9 Juli 2015, dipasang di dalam toilet dan meledak pada sekitar jam 12 siang, dan sempat masuk berita juga, merusak kaca dan barang-barang sanitair dalam toilet, tapi tidak ada korban. Kemudian 10 Oktober 2015 dia pasang lagi di tempat sampah dekat wc kantin dan tidak meledak. Dan yang kemarin itu dipasang di dalam toilet kantin pada 28 Oktober 2015, meledak dengan korban seorang mengalami luka di kaki.

Dalam konperensi pers yang dilakukan Polda Metro Jaya pada 29 Oktober 2015 sempat diperlihatkan pula rekaman CCTV saat pada 6 Juli 2015 Leopard Wisnu Kumala untuk pertama kali memasang bom kecil di Mal Alam Sutera, yang ditaruh di sela-sela kaleng-kaleng kemasan obat nyamuk Baygon di rak supermarket. Bom itu tidak sempat meledak karena keburu diketahui oleh sekuriti Mal. Upaya saat Leopard memasang bom di sela-sela kaleng obat nyamuk Baygon itu sedikit tertunda, atau memang sengaja, ketika ada seorang perempuan datang ke dekat dia dan cukup lama berdiri dan melihat-lihat di sekitar rak-rak dekat situ, dan lalu Leopard sempat pergi dulu. Setelah Leopard pergi, perempuan itu sempat melihat ke arah kamera CCTV, entah sengaja atau tidak, lalu jongkok seperti posisi Melinda Gates di lukisan, dan cukup lama, sambil memperhatikan barang-barang di rak dan dua kali mengambil serta menimang barang dari rak namun dikembalikan lagi. Setelah itu baru diperlihatkan lagi rekaman CCTV saat Leopard sudah kembali lagi ke tempat itu, tanpa ada orang lain, dan dia berjongkok memasang bom ukuran kecil di sela-sela beberapa kaleng obat nyamuk aerosol Baygon. Lukisan yang masih sketsa dan ada Melinda Gates jongkok itu antara lain pernah aku muat pada suratku tanggal 7 Oktober 2014 “Doubletree Hilton Dan Lowongan Sal As Man Age Rahma“. Sehingga posisi jongkok Leopard Wisnu Kumala dan seorang perempuan yang terekam di CCTV 6 Juli 2015 itu, entah sekedar kebetulan, atau peringatan untuk aku bahwa kalau aku menjual lukisan-lukisanku dengan harga baik ke Bill Gates atau siapa, akan sama saja bunuh diri seperti Baygon yang kemudian dipasangi bom itu oleh Leopard. Sebab obat nyamuk cair Baygon memang identik dengan orang bunuh diri di Indonesia.

Kesan ada peringatan untuk aku itu jadi makin kuat karena dari berita di Kompas aku ketahui bahwa ketua RT di kediaman Leopard Wisnu Kumala itu bernama Maryono, seperti nama pimpinan studio saat aku kerja sebagai artis desainer iklan di studio perusahaan iklan Circle Five tahun 1979 dimana lalu aku sakit keras hampir meninggal. Mariyono (63), ketua RT di tempat tinggal Leopard Wisnu Komala (27), memastikan bahwa warga masih mau menerima kehadiran Leopard jika dinyatakan tidak bersalah atau ketika sudah menjalani masa hukuman, demikian disebutkan dalam artikel di Kompas http://megapolitan.kompas.com/read/2015/10/29/
22020081/Jika.Tidak.Bersalah.Warga.Siap.Terima.Pelaku.Bom.Mall.Alam.Sutera
. Apalagi kalau ternyata Leopard Wisnu Komala itu penggemar berat pak presiden Jokowi, dan jadi mengkhawatirkan lukisanku yang memuat angka 4 mengarah ke atas itu, karena seperti akan membahayakan tokoh idola dia. Maka aku harus menjelaskan disini kepada siapapun juga, bahwa angka 4 yang seperti terkait namaku Firman yang dalam bahasa Jerman atau Belanda kata “fir” berarti 4, pada lukisanku itu, aku buat seperti mengarah ke atas bukanlah dalam bidang politik, melainkan dalam soal aku naik menghadap Yang Maha Kuasa ketemu ajal untuk kebaikan umat manusia.

Tentu aku berharap kejadian bom di Mal Alam Sutera kemarin itu tidak ada kaitan dengan aku. Namun bersikap waspada tentu penting juga, sebab nama Mal Alam Sutera seperti memuat nama Malala yang pada Oktober 2014 menjadi orang termuda yang mendapat Nobel Peace Prize, dalam usia 17 tahun. Dan lukisanku tentang Melinda Gates jongkok itu memuat juga wajah seorang yang sepintas mirip dengan Malala.

Malala Yousafzai adalah perempuan muda dari Pakistan yang sejak beberapa tahun lalu aktif menentang Taliban dalam soal larangan anak perempuan bersekolah, dengan menyuarakan pendapat dia diantara kegiatan dia bersekolah di sekolah yang didirikan oleh sang ayah. Dilahirkan pada 12 Juli 1997 di kota Mingora yang berada dalam lembah Swat, Pakistan, Malala Yousafzai tinggal di daerah kelahiran yang semula merupakan daerah yang menarik bagi wisatawan. Sampai kemudian Taliban mulai memasuki daerah itu dan memegang kendali. Setelah Taliban sering menyerang sekolah Malala yang didirikan oleh sang ayah, maka Malala mulai sering menyuarakan perlawanan dia, antara lain melalui blog di BBC sejak tahun 2009.

Pada 9 Oktober 2012 saat Malala berada dalam bus sewaktu pulang dari sekolah, seorang anggota Taliban masuk ke dalam bus dan menembak tiga kali ke arah Malala, satu peluru mengenai kepala sehingga dia dalam keadaan kritis dan harus dirawat di rumah sakit militer setempat. Beberapa hari kemudian setelah mulai pulih, Malala dibawa ke rumah sakit Queen Elizabeth di Birmingham, Inggris, untuk perawatan lebih lanjut.

Sekitar tiga bulan kemudian pada Januari 2013 dia sudah boleh keluar dari rumah sakit, dan melanjutkan kegiatan menyuarakan pentingnya sekolah untuk anak-anak perempuan. Pada Oktober 2013 Malala masuk nominasi untuk Nobel Peace Prize 2013, tapi kemudian yang mendapatkan adalah organisasi OPCW, Organization for Prohibition of Chemical Weapons, yang didirikan tahun 1997 dan bergiat di bidang pencegahan penggunaan senjata kimia.

Oktober 2014 kembali Malala masuk nominasi Nobel, dan dia mendapatkan Nobel Peace Prize 2014 dalam usia 17 tahun sehingga merupakan orang termuda yang mendapatkan Nobel Perdamaian. Sedangkan satu tahun kemudian yang mendapatkan Nobel Peace Prize 2015 adalah suatu kuartet dari Tunisia yaitu Tunisian National Dialogue Quartet, terdiri dari empat organisasi di Tunisia, the Tunisian General Labour Union (UGTT), the Tunisian Confederation of Industry, Trade and Handicrafts (UTICA), the Tunisian Human Rights League (LTDH), dan the Tunisian Order of Lawyers (Ordre National des Avocats de Tunisie).

Ide untuk membuat lukisan Melinda Gates jongkok sudah muncul pada awal tahun 2012, dengan menggabungkan beberapa foto seperti aku muat di “https://rahmfir.wordpress.com/ab489-lukisan-jongkok-bersama-rahma-melinda-dr-asm-amjad-hossain/” tertanggal 5 Februari 2012. Namun karena mood untuk memulai lukisan itu belum muncul, jadi tertunda dulu. Mood untuk memulai skets lukisan Melinda jongkok baru muncul pada awal Oktober 2013, akan tetapi saat itu kamu sedang menghilang dari JakTV sejak akhir Juli 2013. Sehingga saat skets lukisan itu mulai dibuat pada 5 Oktober 2013, meskipun pada konsep awal lukisan itu memuat wajah kamu, namun lalu aku ganti dengan wajah Bianca Liza yang sepintas mirip kamu. Sebab aku khawatir kalau kamu menghilang dari penampilan di depan publik itu adalah karena sudah menikah lagi dengan suami baru, dan suami baru kamu melarang kamu tampil di depan publik termasuk dalam lukisan.

Beberapa hari setelah skets mulai dikerjakan pada 5 Oktober 2013, kemudian OPCW mendapat Nobel Peace pada 11 Oktober 2013, sehingga menimbulkan kesan seperti terinspirasi oleh lukisan Melinda Gates jongkok yang wajah kamu aku ganti dengan wajah Bianca Liza itu. Sebab OPCW itu jadi seperti berarti “op,…. cewe”. Dalam bahasa sehari-hari, kata “stop” biasa disingkat jadi “op”, misalkan dalam kalimat “op,…..op,……. sudah cukup segitu aja, tadi udah makan koq”, ketika sedang diberikan nasi ke dalam piring oleh seseorang. Sehingga OPCW itu seperti terkait soal aku menghentikan memakai wajah kamu di lukisanku, untuk diganti dengan Bianca Liza pada awal Oktober 2013 itu.

Lalu ketika pada Oktober 2014 Malala Yousafzai mendapat Nobel Peace 2014, seperti terkait juga dengan lukisan Melinda Gates jongkok itu sebab wajah Malala Yousafzai sepintas mirip Bianca Liza. Tapi aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan kemiripan itu, sebab aku pikir apa yang telah dilakukan oleh Malala Yousafzai adalah sedemikian hebat, sampai pernah ditembak di kepala oleh Taliban hingga hampir meninggal dunia karena menentang aturan Taliban soal anak perempuan tidak boleh bersekolah, sehingga aku pikir kurang tepat untuk dicocok-cocokkan dengan lukisanku.

Sampai kemudian satu tahun setelah itu ketika pada awal Oktober 2015 yang mendapat Nobel Peace adalah kuartet dari Tunisia, yang seperti terkait angka 4 di lukisan Melinda Gates jongkok itu. Maka aku pikir mungkin memang ada kaitan dengan lukisanku. Namun lebih dulu aku yakinkan diri dengan melihat di kamus Meriam Webster bahwa arti kata kuartet adalah betul berarti 4. Sebab kadang ada kata berbunyi sama tapi memiliki arti lain, misalkan kata “fabric” dalam bahasa Inggris berarti “kain” untuk bahan pakaian, sedangkan dalam bahasa Belanda berarti “pabrik”. Juga kata “vacancy” dalam bahasa Inggris berarti “lowongan kerja”, sedangkan dalam bahasa Belanda berarti “liburan”. Maka setelah lihat kamus Meriam Webster itu aku menjadi yakin bahwa betul arti quartet adalah 4, akupun jadi cukup yakin bahwa lukisan Melinda Gates jongkok memang seperti telah menginspirasi tiga Nobel Peace selama tiga tahun berturut-turut, tahun 2013, 2014, 2015.

Namun ini sekaligus jadi menambah beban untuk aku berusaha jual lukisan-lukisan itu dengan harga sebaik mungkin, agar sebagian dapat disumbangkan dengan baik kepada kegiatan amal sosial.

 
 

Jakarta,  31 Oktober 2015.
wassalam,

 
 

a.m. firmansyah
sms +62812 183 1538

 
 
 

Leave a comment